Posts

Showing posts from May, 2017

Perjalanan Terakhir

Tentang sebuah akhir catatan perjalanan yang paling dirindukan mungkin juga tidak. Aku berharap, masa mendatang akan ada kerinduan cinta yang menggetar di setiap detikan waktu Selamat jalan masa lalu, aku terpaksa membungkusmu dalam bingkai kenangan Dan ijinkan aku menjemput kekasih di hari depan Aku mencintai waktu dengan setiap mutiara yang tersembunyi Ban yuwangi, 2017

Peninggalan Islam Tertua di Nusantara - Makam Fatimah Binti Maimun

Image
Bukti tertua arkeologi petilasan Islam di Nusantara adalah keberadaan makam Fatimah binti Maimun bin Hibatallah yang terletak di Dusun Leran, Desa Pesucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik yang inskripsinya menunjuk kronogram 475 H/ 1082 M. Secara arkeologis, makam Fatimah yang terletak di Desa Leran, 12 KM di sebelah barat Kota Gresik dianggap sebagai satu-satunya peninggalan Islam tertua di Nusantara, yang tampaknya berhubungan kisah migrasi Suku Lor asal Persia yang datang ke Jawa pada abad ke-10 M. Makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik Untuk sampai ke kompleks makam Fatimah binti Maimun, dapat dilakukan dengan kendaraan umum dari Gresik atau dari Surabaya. Dari Surabaya, kendaraan pribadi dapat mecapai Leran melalui jalan tol jalur Demak-Tandes-Manyar. Dari pintu keluar tol Manyar, kendaraan meluncur ke barat sekitar 4-5 km belok ke kiri sudah masuk Leran dengan tanda papan petunjuk ke makam Fatimah binti Maimun terpasang di pinggir jalan raya. Jika menggunakan ...

Ario Abdillah Palembang (Ario Damar)

Image
Ario Abdillah yang makamnya terletak di Kebun Sahang KM 4 depan Makam Pahlawan Palembang adalah Adipati Palembang pertama setelah kota itu jatuh dalam kekacauan akibat pemberontakan Parameswara dan kemudian dikuasai para bajak laut Cina di bawah pimpinan Liang Tau Ming, Cheng Po-Ko, Chen Tsui, dan Shi Chin Ching. Ario Abdillah adalah putra Maharaja Majapahit Sri Kertawijaya, Wijaya Parakramawarddhana (Brawijaya V) yang berkuasa pada 1447-1451 M. Ario Abdillah lahir dengan nama Ki Dilah atau Arya Damar. Makam Ario Abdillah Palembang (Ario Damar) di Palembang   Babad Tanah Djawi mencatat bahwa Ki Dilah adalah putra Prabu Brawijaya dengan putri denawa bernama Endang Sasmitapura, yang sewaktu hamil putri itu diusir dari keraton yang membuat Ki Dilah lahir di hutan Wanasalam di selatan ibukota Majapahit. Ki Dilah diasuh oleh uwaknya, Ki Kumbarawa, yang mengajarnya berbagai macam ilmu kesaktian. Sebutan denawa dalam Babad Tanah Djawi a dalah istilah yang digunakan or...

A Scarred Love

Kala menuang segelas kertas di atas meja tertutup kain di sampingmu Jendela terpaku menatap percakapan sandiwara dan meninggalkan titik bertinta di baju kesayangan Matahari jawabku: yang menjadi selambu kehidupan bagi daratan tandus pujangga-pujangga cinta Kala menimba sekeping udara di kedalaman awan tersingkap kerudung di pundakmu Semesta terdiam merekam kesepian pertemuan dan memutarkan kembali setelah semua selesai Rembulan jawabku: yang menjadi penyejuk kegelapan bagi hati yang terpenuhi kerinduan Kala menghitung getaran yang meledak setiap detik di bumi bayangan tersembunyi sisa nafas Sedalam itu denyut harapan menusuk-landas ke dasar-dasar karang Bintang jawabku: yang menjadi keindahan di saat awan menjelma kegelapan dan badai hingga kita bisa membangun cinta setiap saat dan kapan pun yang kita harapkan Purwokerto, 2017

Kopi dan Namamu

Satu nama masih meracik gula dan kopi sebelum di telan sunyi menghangatkan malam Setumpuk bola mata menatap dinding Terbaring di pintu hati

Kesatria, Masa Kecil dan Jatuh Cinta

Bersama bintang yang menyelimuti gugusan semesta, setiap waktu kita memandang Di atap gunung-gunung tergores tulisan kepadamu dari kesatria tanpa mahkota Setelah kerap berkunjung beserta kepedihan wasiat itu, langit menyepi, menyusup ke dalam ruang Hikayat itu masih melegenda bagi daun yang tumbuh di ranting pundak-pundak binatang sawahan Lalu menguning menjelma kenangan di tengah badai dan embun pagi Setelah hikayat selesai dibaca, kita sama-sama mengguyurkan rindu Semasa kecil, kita selalu berlari-ria di tengah rerumputan dan padi-padi Sesekali ditemani kotoran yang lebih berarti dari perpisahan Di sana kita saling melempar kebahagiaan hingga tiada yang mampu menerjemahkan keadaan itu Selepas keringat menjadi pengganti baju pelindung kulit Kita kembali ke istana rimba untuk bersiram air membersihkan kotoran yang menyelimuti badan dan hati kita Terlampau sering kita melakukannya sampai badan dan hati kita terkelupas menjadi sisa-sisa daging digigit binatang berkulit ke...

Hal Paling Mengerikan di Tahun 2017

Aku menyaksikan perpecahan lautan kedengkian yang subur di tanah pertiwi kegelapan melanda ke seluruh penjuru hati dan jiwa keserakahan menyelimuti otak dan pikiran Perang saudara menjadi pemandangan yang paling sejuk di negeri ini kebencian menutup rapat tali keharmonisan dan alamku menjadi panggung yang mengerikan Apakah ini yang terjadi atau diriku yang sebenarnya mengarang sendiri atau dirikulah yang itu atau memang benar yang terjadi 2017

Saudara

Saudaraku, Jangan ada pembunuhan lagi di negeriku Terlalu ngeri untuk di rasa Terlalu menakutkan untuk di pandang Saudaraku, Dinegeriku telah banyak darah mengalir Janganlah engkau tambah dengan luka dan derita Jangan kau jadikan terang menjadi gelap Jangan kau bunuh jiwa-jiwa yang memiliki harapan Saudaraku, Aku telah tak sanggup melihat semuanya Bila engkau membunuh Bunuhlah aku terlebih dahulu Lepas itu, bebaskan yang lain 2017

Biarkan Aku Menjadi Api

Tiada lagi yang harus disesali Biarkan semua menjadi debu di atas batu Karena aku tak pantas untuk kau sebut dalam doamu Biarkan aku menjadi api Sewaktu aku masih bersamamu Tiada hari tanpa cinta Dan setelah engkau pergi Hariku menjadi duri Biarkan aku menjadi api Saat dulu kita habiskan sisa jam bersama Tersenyum tanpa henti dan melangkah tanpa jarak Kita masih setia Hingka tiba kepergianmu dan merubahku menjadi api 2017

Pualam

Yang mulai bosan dengan keadaan Dari getaran alam yang menusuk setiap gerakan Aku mulai lelah Dengan kebuntuan sendiri; 2017

Kebiasaan Pagi-pagi

Kebiasaan yang mengalir begitu saja 04:00 bangun pagi lalu mandi lalu ngaji goretan kuning-kuning dan tulisan aneh Lepas itu, sujud sebagai wujud cinta yang paling intim untuk dirasa Sejenak menambah dzikir menambal rindu untuk dikatakan Lalu beranjak lalu menjadi tradisi Kebiasaan yang menjiwa setelah itu 06:30 menyapa kopi sebagai kekasih Pelengkap kesunyian untuk belajar mengeja setiap rutinitas yang rahasia Lepas itu, mengingat hujan, mengingat kenangan Dari itu, dibuka lembar-lembar firman untuk dikatakan bahwa jangan ada kebohongan di setiap peristiwa Sesudahnya, 08:00 sampai kembali Bukan bagian yang penting Lalu sepi lalu sendiri Tamat! 2017

Kesibukan di Jalan Raya

Mengambang kembali Mengepung pagi-pagi yang surut untuk diterjemahkan Memembisu menyusup relung bunga-bunga Mengumpul bersama cahaya Layak saja pagi-pagi menjadi tergesa sebab hal yang ambur-adul Dan tujuan ketidakpastian Menjadi prioritas kehidupan Sedang diri tak berbaju dengan tawa dan sederhana Baru saja terjadi kebisingan di jalan raya Dengan khas terompet serba menang Lalu lupa antar manusia Hanya memandang ketiak setiap lubang jalan Lalu pergi menjadi abu dan bara 2017

Tertimbun Diri

Mencoba merebahkan hati di tengah kekeringan Dengan suara sekedarnya Mengingat kembali apa yang telah terjadi Mencoba merasuki angin-angin Berharap ada suara kebeningan di tubuh Tapi yang kutemui adalah kosong Gelap dan tidak ada apa pun untuk kuracik menjadi senyum Seperti itukah aku mengingatnya Dengan tenaga dan ingatan sekenanya Tuhanku, Aku telah tenggelam ke dasar yang dalam Tanganku tak kuasa menggapai daratan Nafasku semakin menipis Dan mataku kian memudar Tuhanku, Aku telah terkubur ke dasar bumi yang dalam Kakiku tak lagi mampu menyongsong diriku Dagingku semakin hancur Dan tubuhku kian mengering Tuhanku, Aku telah hilang sejak kelahiranku Jiwaku tersesat ke dalam ruang yang mengerikan Hatiku gelap penuh sisa-sisa bangkai diriku Dan keyakinanku menjadi debu Tuhanku, Aku ingin bertanya Benarkah aku adalah diriku? Tuhanku, Siapa aku; 2017

Tragedi di Musim Klasik

Kecuali jika ada alasan untuk mengucapkan selamat tinggal Dengan nada romantis Dan kata-kata mesra untuk kau dengar Selepasnya kita saling bersalaman dari jendela yang kusam Lalu meniup dinding klasik agar kita tahu Bahwa selalu habis masa bersamamu untuk kuingat kapan kejadiannya 2017

Kopi

Hidup terlalu sederhana Bila ditafsir menjadi kata-kata atau sekeping bunga Juga terlalu pahit bila dieja menjadi kopi atau sepotong cinta Filosofi hidup, Aku dan kamu bukan kepompong yang siap kapan saja menjadi kupu-kupu Bukan ulat yang melekat di pundak-pundak ranting untuk berbagi daun Filosofi hidup, Aku dan kamu bukan hujan dan awan yang mekar di saat panas untuk menjelma airmata Bukan keringat yang mengalir di sungai-sungai kulit untuk menebar rindu Filosofi hidup, Aku dan kamu adalah kopi dan cuka yang menyatu kapan saja di waktu kering dan kemarau melanda semesta Juga pelukan ringan yang melayang untuk berbagi secangkir kemesraaan Dan aku juga kamu menjadi filosofi kopi memendam sesendok jingga yang kerap hinggap dalam selimut untuk menemani hari kita berdua Menjadi pahit tanpa alasan Menjadi manis tanpa permintaan 2017

Sketsa

Ketika cinta hanya mampu berbicara pada hatinya dan tak ada sisa untuk yang lain menjadi kelam dunia rabunkan semesta Butakan saja cinta dihatiku hingga menjadi terang jantungku lalu aku akan pergi ke pelosok nadi mencari kepingannya 2017

Sayyidul Ayyam

Mengingat kembali jemari Jum'at Terduduk di pelaminan Tuhan Mendekap sekujur diri Untuk kuberikan pada kekasih Menekan segala kerinduan Menyimpan segudang kegelisahan Demi cinta Untuk Kekasih 2017

Puisi

Ketika waktu berubah begitu cepat Hingga tak ada masa untuk kembali mengucapkan selamat Jatuh sebatang puisi... Plung!!! 2017

Ummu Salamah

Janda renta beranak empat kala itu tercabik-cabik hatinya Memandang bayang sunyi Abdullah bin Abdul Asad. Mengalir darah bumi di ujung Uhud kesetiaan dan sayangnya menjadikan cahaya Janda renta beranak empat kala itu Peluang melawan demi anak-anak kecilnya. Muhammad terpesona Seorang pemimpin zaman Dunia menaruh hati berkat keshalihan wanita Janda renta beranak empat kala itu Tersenyum berkat kata mulia Muhammad sang Nabi Melamar kecantikan hati Hari itu, ada sepotong kata yang terikat Wahai Rasulullah, aku telah renta, aku harus menggung anak-anak yatim yang akan menjadi beban, dan aku seorang yang pencemburu Tertunduk wajah bumi dengan mulutnya Dengan wibawa layaknya intan kalam menetes Akulah yang menjadi Ayah mereka Akulah yang mengambil alih atas mereka dan Aku akan berdoa kepada Allah agar sudi menyirnakan semua cemburu dalam hatimu : Kusebut Ummu Salamah Purwokerto, 2015

Ombak

Hanya percikan ombak mengeluarkan diam batu karang Purbalingga, 2015

Jauh

Sepadam apapun mata ia bahkan sangat indah di pelukan hati Purbalingga, 2015

Berharap Kupu-kupu

Berharap kupu-kupu Jika mampu berkedip perhatian Namun kau tak paham "Berhati-hatilah dalam perjalanan" Purwokerto, 2015

Adinda

Canda bersama adinda bersama doa Cilacap, 2015

Tepi

Ia duduk merenungkan masa depannya mengadukan batas seolah menangis bahagia Cilacap, 2015

Sabda Ombak

Menepi melaut kembali susunan ombak berkata percik pantai memandang jauh tak bermata Layaknya sepotong sabda yang apabila direnungkan bagai angin dan geraknya dialah ia Sepotong nasehat bersama butir pasir mengajarkan pada manusia tanpa bibir tanpa hati tanpa akal namun ia berdzikir Bila saja kau cacat berapa aliran air ke ujung kemudian kembali dengan aliran pandang angin damai-sejuk bahkan pembawa makan di pojok rumah-rumah Warung terpanjang orang tua yang sangat renta, pernahkah pula kau berpikir dia datang kemudian menghanyut hanya meninggalkan bekas luka di papan pasir Tiada kelupaan bagimu tentang keperkasaan pujangga widara payung semesta melihat mendengar dan membaca : Patutlah bagimu mendengar sabda-sabda Cilacap, 2015  

Biarkan Sujudmu yang Bercerita

Bukan kesayangan benderang Sekalipun malam memandang matahari Itu sebab hati dambaan Menyatu digulita malam Hari yang terang. Hari berdoa. Hari kecintaan ialah malam tenggelam segala waktu Usaha dan anugerah Bahkan kita tak mampu mencari bayangan mana yang harus kau rumuskan Bertapalah! Bentuk bumi-nya enggan Namun betapa. Betapa menolak Jika di depan ada intan berhias permata tak ada jarak untukmu Untailah maka engkau tiada Menjauhlah maka engkau abadi Mendekat kau berdarah menjauh kau menangis Jika kau masih bercerita tangismu yang ialah Menghindar dari kematian hidup Bukanlah itu kenyataan sebenarnya, yang hidup yang sementara Namun menuju keabadian Hanya sujudmu yang menenangkan Dari gemerlap dunia. Hanya sujudmu yang membuka mata dan hanya sujudmu yang mengingatkan betapa fananya apa yang terpandang Purwokerto, 2015

Kiblat Air Mata

Waktu kau duduk menghadap hanya kau yang disebut waktu Allah dan engkau mengemis tangis Saat waktu mengucapkan segalanya, begitu jerit berucap cerita tapi ini, kau duduk tenang di luar air matamu Di sampingmu tak ada sebegitunya ada rombongan manusia kau masih duduk di luar air matamu Tidak ada Air matamu hanya kau sebut bayangan kecuali kau dan dia bersaudara yang jujur, yang percaya, yang berhati dan memandang alam Purwokerto, 2015

Surat dari Sahabat

Dari sahabat. Tulisan itu seakan istimewa bukan sekedar  ngaji  mengharap  aji bukan  kata nasehat menjadi sehat : surat itu! Purwokerto, 2015

Pesan Singkat dari Pertemuan di Siang Hari

ciuman itu yang dirindukan semua penghuni surga lalui kecup kening dosa Purwokerto, 2015

Surat Kabar dari Tuhan

Yang merindukan pucuk-pucuk kabar dari surat Tuhan tentang pengharapan Selamat pagi juga selamat sore dari ranting kurma dan daun kelapa Purwokerto, 2015

Esa

....... atau surya sama saja tak ada sepucuk doa untuk Esa Purwokerto, 2015

Mengeja Lafad

Hari pagi tak jarang lurus dari jalan matahari, bagi penutup fajar Dari waktu mengaju banyak hal keluar dari bibir tanpa awal dan akhir lafad Sepanjang kita termenung atau hanya terbaring tidur dengan kasur yang bukan milik kita, bukan pula kita bergerak menata bangun dengan membaringkan pikiran untuk hati dan cakrawala Bukan pula kita manusia yang menangis walau setiap saat ada alam yang rusak sebab kita Bukan pula kita yang bangkit dari keterpurukan, melainkan yang mengemis pada mereka yang berwajah putih dengan rambut suku Belanda Begitulah cara kita hidup, padahal fajar tahu siapa dirinya sedang kita tak tahu arah mata angin dan kapan hatinya Mari kita tidur dan bangun dari hasil mimpi kita walau hanya selaput angan belaka Purwokerto, 2015

Memanggil Namamu

Menggema pagi, Aku yang memandang awan dan embun Dan menapakkan selimut ketakutan Hingga aku tertelan mimpi Kataku menjadi petir yang menghancurkan Semesta, lalu menggumpal bersama mendung Tetesan airmata mulai membanjir Saat itu aku mengigatmu

Sepatu Kecil dan Purnama

Ada sepatu kecil di kaki mungil setiap purnama. Keindahan bagi para pecinta alam, istana mereka tempat luka dan mati. Juga tubuhmu, sepasang sepatu terakhir di bumi. Aku tak pernah pergi darimu sebesar aku mencintai matamu Hati bukan penjara mati. Aku matikan hatiku di penjara pikiranmu. Kututup jendelanya untuk mereka dan nama-nama. Kecuali kamu, tentang puisi sepatu kecil di punggung-punggung jalan, atau tubuhmu. Aku ingin menjadi purnama di langit-langit dan juga puisi jiwamu. Aku ingin menerangi kamar-kamar kecil di wajahmu. Dan memangsa kegelapan di hatimu Di kedalaman seribu meter yang curam di tubuhku ada hujan yang tumbang dan mengering setiap waktu. Juga matahari yang ingin singgah, tapi aku takut dan tak mengizinkannya. Agar hatimu dan matamu tetap bersinar dari tubuhku. Kelak ketika orang membaca purnama tentang malam, tamu kedamaian, atau membaca hikayat rembulan dan bintang-bintang yang hilang. Mereka jatuh cinta mengingatku. ...

Perindu yang Patah Hati

Dari keadaan menghimpit jiwa akan menjerit Dalam keadaan bersedih airmata melimpah langit Aku lebih senang bersama orang-orang yang sakit hati Ia jujur dan berbahaya Bagi perindu, Apalah arti bertemu tanpa rasa cinta di kalbu Cinta bagi perindu ialah yang menggetar bersama doa yang menggema bersama jiwa Rajawali Cinema, 2017

Mengenang Kamar Kami

Hal sederhana akan terasa berharga Saat ia pergi menjadi kenangan. Dengan ruas persegi tiga kembali menyirna Ratusan nadlom digemakan telah melekat bersama irama setiap malam Ratusan ayat Tuhan disenandungkan menjiwa sepanjang kehidupan Ratusan sujud dilekatkan menjadi bumi saat kita terlentang di keramik malang Ratusan buku dan kitab dikaji menjadi bumbu sepanjang hari Tertidur dan hujan dan teman akan menjadi kenangan kamar tua yang renta di telan bumi Tapi ia akan diganti, dengan tembok yang lebih kokoh! dengan alas yang lebih indah! dengan lampu yang lebih terang! Dan cinta yang baru! Tapi, itu pula yang akan menjadi prasasti dalam hati kami. Karena cinta akan tetap abadi Kamar Takmir, Masjid An Noer, Karangsuci, 2017

Kesatria-kesatria Merpati

Semua hal dan semua orang dikeberadaan mereka baik untuk sesuatu Jangan pernah memilih pemuda dalam kemiskinan Bahkan jika saya gagal, saya akan mengaku sebagai pahlawan Saya tidak takut orang lain menertawakan saya dan berpikir saya gila Seorang pria sejati tidak membawa kasus masa lalu keberaniannya Saya hanya ingin bertanya apakah Anda mengerti Dalam cinta dan benci, semua orang berpura-pura tenang dan diwaktu luang Semua hal di dunia ini kosong Dengan demikian, penampilan tidak ada artinya Meskipun saya mabuk di tengah rumah bordil, tawa saya penuh dengan sakit hati Siapa yang akan berbagi dengan saya sebuah pelukan kasih sayang mendalam Nyanyian keras membahagiakan mengungkapkan semua perasaan hatiku Saat perasaan itu datang, mereka mengalir dengan derasnya Saat perasaan itu menyurut, aku akhirnya menyadarinya Hidup adalah mimpi yang indah Saat kita bersama, kita bisa melakukan banyak hal untuk menebus dosa masa lalu Sejak saat itu, aku adalah batu penjurum...

Yang Telah Terjadi

untuk kesekian kali Aku tak bisa menangis Sebab mataku kemarau Dan airmataku telah habis menjadi gurun Mengering bersama pasir untuk kesekian kali Aku tak bisa bicara Sebab mulutku bungkam Dan bibirku dipenuhi luka dan cacat Meronta-ronta sepanjang hidupnya  untuk kesekian kali Aku tak bisa tertidur Sebab aku takut mimpi yang mengerikan Dan malamku tak berjalan, Tempat yang menjadi pijakan, Hanya tinggal kenangan  untuk kesekian kali Aku tak bisa melangkah Kakiku telah putus Dan aku tak yakin mampu menyambungnya lagi  untuk kesekian kali Aku tak bisa bahagia Senar hatiku telah putus Dan aku tak yakin mampu mengembalikannya lagi  untuk kesekian kali Aku hanya bisa mengeluh Berpeluh, menetas sia-sia Di ruang keheningan  Karangsuci, 2017

LALU MENJADI ANGIN

Menjadi sungai-sungai kedengkian yang terus mengalir dalam dada-dada pendengki lalu menjadi ingin menang dengan lidah yang menerjang kepentingan Karangsuci, 2017

TERUNTUK CINTA

Untuk cinta yang hadir dengan satu kata Untuk cinta yang hadir di waktu senja Untuk cinta yang hadir ketika menderita Untuk cinta yang hadir saat merana Untuk cinya yang selalu menjadi bunga Untuk cinta yang selalu diharapkan kehadirannya Untuk cinta yang selalu dirindukannya Untuk cinta yang selalu menghiasi tidurnya Untuk cinta yang selalu menyatu dalam doanya Untuk cinta yang tega mengingalkan kekasihnya Untuk cinta yang menjadi segalanya Untuk cinta yang mendatangkan luka Untuk cinta yang menghentikan nadinya Untuk cinta yang tega merenggut nyawanya Untuk cinta yang datang lalu pergi semaunya Teruntuk cinta yang kelam dan menenggelamkannya Teruntuk cinta yang kembali hadir untuk nestapa Teruntuk cinta yang menyelimuti hatinya Teruntuk cinta yang selalu menjadi permata Teruntuk cinta yang hadir dan menetap selamanya Aku mengharapkannya: Karangsuci, 2017

MENJADI KENANGAN

Aku yang duduk di masa lalu Di batu nisan berwarna jingga Seraya seruling hitam yang memecah keheningan lamunan Walau sekedar mengingat apa saja yang terjadi Dalam ingatan itu hanya ada bayangan wajah dengan mata membulat Sedang dirimu yang manis dikenang dan pahit dilupakan Menyusup penuh hangat di setiap suaraku terhenti Meski seruling tetap menyanyikan lagu kenangan bersama malam Angin dan rembulan adalah kamu yang ada dari jiwaku Menyesali kepedihan dan kehampaan hidup Lalu antara kenangan masa lalu dan rasa bersalah Menjelma ketakutan sepanjang perjalanan Bunyi alam yang tenang adalah satu-satunya kejujuran yang kutemui Saksi air mata dan derita setiap langkah yang berdesir mengikat kepekatan Tiada lagi batu nisan dan nyayian seruling meski terpaksa angin meniup dirinya sendiri Dan semua yang kulalui saat ini Sebagai bahan kerinduan Dan bingkai yang selalu kupegang sebagai tanda Adalah jiwaku yang mulai lemah atas kepergianmu Kubiarkan cinta mengalir bersama mal...

KABAR BANGSAKU

Duhai bangsaku Apa yang terjadi pada dirimu Pertikaian di mana-mana Perebutan kekuasaan merajalela Keserakahan membara Duhai bangsaku Apa yang melanda dirimu Sifat menang sendiri diunggulkan Kebencian ditebarkan Kekuatan dipupuk menjadi gendang perang Duhai bangsaku Apa yang menyerang dirimu Perpecahan di mana-mana Kesatuan porak poranda Kehancuran menghinggapi mata Duhai negeriku Aku merindukan dirimu Yang santun dan wibawa Menyayangi bangsanya Mengeratkan saudara Duhai negeriku Aku merindukan dirimu Yang melindungi rakyatnya Mengayomi semuanya Mencintai negerimu Duhai negeriku Aku rindu kasih damaimu Yang lembut dalam hati Yang ramah dalam tingkah Untukku dan untukmu menjadi nestapa berbagi cinta Karangsuci, 2017

MALAM PERTAPA

Menjadi semboyan kediaman yang meluluhkan setiap jiwa yang mengikis duka Dan seperti lorong malam yang dingin Dan dia kembali dalam dinginku yang malang Karangsuci, 2017

DUH NU

Duh NU mencintaimu menjadi permata melebur ke relung-relung intan hatiku Duh NU mencintaimu menjadi rindu menyatu seperti rongga-rongga jiwaku Duh NU mencintaimu menjadi cintaku membalut seperti hati dan nadiku Duh NU Duh NU Duh NU Cintamu melebihi cintaku: Karangsuci, 2017

SEPERTI TUANYA DIRIMU

Yang terjadi malam ini bukanlah kebetulan Cermin dari tumpukan buku Menjadi saksi keberadaanmu Sepanjang jalan pun mengerti Biarlah roda menjadi penyambung lelah menunggu kepastian yang tersembunyi dan juga wajahmu memudar dan bulan mengumpul dalam wajahmu Purbalingga, 2017

CINTAKU PADA AKHIRNYA MENJADI SEDERHANA

Menjadi sederhana pelabuhan setiap kepingan hidup yang pantas dikemas Demi hari yang selalu memuncakkan waktunya Mengikis segenap kebiasaan Dan menjadi kekuatan mata hati Seperti pula menguapkan keheningan di alam-alam Dan menjadikan serpian keharusan Pada akhirnya melabuhkan harapan yang sementara Itu pula yang menenggelamkan semua yang mendarat Menjadi hangus tumpukkan yang lama Lalu mengedip tanpa tahu Kemudian menyelam dalam hati yang gelap Seperti itu pula meroda kepergian Purwokerto, 2017

HUJAN DI LANGIT KARANGSUCI

1. Kupandangi hujan satu-satu dan tak terjadi apa-apa kupegangi alirannya dan tak menyisakan apa-apa Aku yang duduk di tengah kerumunan medung memandangi kanan dan kiri hanya ada tetesan-tetesan isyarat bumi dan semesta Tiada petir yang mengiringi hujan tiada juga mendung sebelum kemarau hanya ada awan saling tanya pada sesuatu yang tak dimengerti Untuk pertama kali hujan dan bumi tidak saling percaya untuk pertama kali pula air dan awan menjelma badai Untuk pertanyaan yang sebenarnya tak akan pernah usai lorong-lorong menutup diri menerima alirannya demi dirinya sendiri Dan aku tak berada di antara tragedi itu meski aku mampu bercerita dengan kejadian yang dikirimkan alam dan dengan kepasrahan 2. Dari bagian karang-karang pelan-pelan aku memeluk dengan pelukan yang tiada tujuan antara itu yang harus kurindu Dari kaca dan tembok suci batu dan lukisan bumi dan langit menjadi penutup senja dari malam yang bersemi Tak ada percakapan atau pertikaian agar ...

SAMPAI YANG MENJIWA

Setiap pelukan yang meraba kulitku membelah semua yang aku mengerti apalagi sekedar mencinta dari getaran selaksa yang terjadi itulah kepingan gelombang Dari yang terpandang oleh mata menjadi penipu sebab melukis tatapan dan saat itu semua telah terjadi hanya siapa saja yang pantas untuk kau sandari sebagai beban tangismu Dan aku menjadi kelambu sepanjang malam melindungimu dari sengatan kejamnya apa saja yang kejam padamu tapi aku hanya bisa memandangmu jika hatiku ingin saja sedikit mengeluskan tanganku di tubuh walau dalam endap doa Yang menjadi kabar ialah dari ketetapan apapun itu meski tak mampu saling menyanyikan aku memang hanya mampu menjadi pelangi di setiap lalulintas kejadian tanpa harus masuk ke dalam kepingan ruhmu Itulah aku yang setiap malam menyadari kepergian itulah aku yang setiap malam menjadi lilin kekuatan itulah aku yang setiap malam menjadi selimut itulah aku yang setiap malam menjadi recehan hilang Sampai di suatu malam aku berkedip menjadi...