Kesatria, Masa Kecil dan Jatuh Cinta

Bersama bintang yang menyelimuti gugusan semesta, setiap waktu kita memandang
Di atap gunung-gunung tergores tulisan kepadamu dari kesatria tanpa mahkota
Setelah kerap berkunjung beserta kepedihan wasiat itu, langit menyepi, menyusup ke dalam ruang
Hikayat itu masih melegenda bagi daun yang tumbuh di ranting pundak-pundak binatang sawahan
Lalu menguning menjelma kenangan di tengah badai dan embun pagi
Setelah hikayat selesai dibaca, kita sama-sama mengguyurkan rindu
Semasa kecil, kita selalu berlari-ria di tengah rerumputan dan padi-padi
Sesekali ditemani kotoran yang lebih berarti dari perpisahan
Di sana kita saling melempar kebahagiaan hingga tiada yang mampu menerjemahkan keadaan itu
Selepas keringat menjadi pengganti baju pelindung kulit
Kita kembali ke istana rimba untuk bersiram air membersihkan kotoran yang menyelimuti badan dan hati kita
Terlampau sering kita melakukannya sampai badan dan hati kita terkelupas menjadi sisa-sisa daging digigit binatang berkulit keras
Memasuki usia remaja, kita tidak lagi punya tebaran kebahagiaan, sawah, padi dan rumput
Bahkan jasad dan kehormatan kita telah sirna ditopang bencana yang entah apa namanya
Kehidupanku dan kehidupanmu layaknya sepasang unta yang lemas kehabisan air di padang pasir tanpa ada lagi harapan kesucian
Sebenarnya, apa yang kita cari sepanjang hidup ini tidak akan berarti tanpa kesadaran jiwa, kita justru sibuk menghitung dan memilih sesuatu yang jauh sementara semuanya ada dan dekat dengan kita bahkan di dalam diri kita sendiri
Katamu dalam perpisahan waktu itu;
Lalu apa guna kita berkata tentang riwayat kecil kita sementara ceritanya hilang begitu saja
Lagi-lagi hanya ada kata terakhir: itulah fungsinya
Purwokerto, 2017

Comments

Popular posts from this blog

Hal Paling Mengerikan di Tahun 2017

Sabda Ombak

Ario Abdillah Palembang (Ario Damar)