Sepatu Kecil dan Purnama

Ada sepatu kecil di kaki mungil
setiap purnama. Keindahan bagi para pecinta
alam, istana mereka tempat luka dan mati.

Juga tubuhmu, sepasang sepatu
terakhir di bumi. Aku tak pernah pergi
darimu sebesar aku mencintai matamu

Hati bukan penjara mati. Aku
matikan hatiku di penjara pikiranmu. Kututup
jendelanya untuk mereka dan nama-nama. Kecuali kamu,
tentang puisi sepatu kecil di punggung-punggung jalan,
atau tubuhmu.

Aku ingin menjadi purnama di langit-langit dan juga
puisi jiwamu. Aku ingin menerangi kamar-kamar kecil
di wajahmu. Dan memangsa kegelapan di hatimu

Di kedalaman seribu meter yang curam di tubuhku
ada hujan yang tumbang dan mengering setiap waktu.
Juga matahari yang ingin singgah, tapi aku takut
dan tak mengizinkannya. Agar hatimu dan matamu
tetap bersinar dari tubuhku.

Kelak ketika orang membaca purnama
tentang malam, tamu kedamaian, atau
membaca hikayat rembulan dan bintang-bintang
yang hilang. Mereka jatuh cinta mengingatku.

"Waktu itu, ada sepasang sepatu kecil memeluk
sepasang rembulan dengan menusuk jantung kekasihnya"

Balai Kumambang, 2017

Comments

Popular posts from this blog

Hal Paling Mengerikan di Tahun 2017

Sabda Ombak

Ario Abdillah Palembang (Ario Damar)