Ario Abdillah Palembang (Ario Damar)
Ario Abdillah yang makamnya terletak di Kebun Sahang KM 4 depan Makam
Pahlawan Palembang adalah Adipati Palembang pertama setelah kota itu
jatuh dalam kekacauan akibat pemberontakan Parameswara dan kemudian dikuasai para bajak laut Cina di bawah pimpinan Liang Tau Ming, Cheng Po-Ko, Chen Tsui, dan Shi Chin Ching. Ario Abdillah adalah putra Maharaja Majapahit Sri Kertawijaya, Wijaya Parakramawarddhana (Brawijaya V) yang berkuasa pada 1447-1451 M. Ario Abdillah lahir dengan nama Ki Dilah atau Arya Damar.
Makam Ario Abdillah Palembang (Ario Damar) di Palembang
Babad Tanah Djawi mencatat bahwa Ki Dilah adalah putra Prabu Brawijaya dengan putri denawa bernama Endang Sasmitapura, yang sewaktu hamil putri itu diusir dari keraton yang membuat Ki Dilah lahir di hutan Wanasalam di selatan ibukota Majapahit. Ki Dilah diasuh oleh uwaknya, Ki Kumbarawa, yang mengajarnya berbagai macam ilmu kesaktian. Sebutan denawa dalam Babad Tanah Djawi adalah istilah yang digunakan orang Jawa untuk menyebut penganut ajaran Syiwa-Buddha aliran Bhairawa-tantra yang dalam ucapan mistis pancamakara menggunakan korban manusia.
Dalam cerita tutur Bali yang dikumpulkan C.C. Berg dalam De Middeljavaansche Historische Traditie dan Th.G.Th Pigeaud dalam Literature of Java, tokoh Arya Damar dikisahkan memiliki peran penting dalam usaha merebut Bali. Arya Damar juga digambarkan menjadi pahlawan tak terkalahkan ketika menumpas pemberontakan di Pasunggiri. Bahkan, sewaktu Bhre Daha, putra Bhre Wirabhumi memberontak pada saat pemerintahan Rani Suhita, Arya Damar ditugasi untuk menumpasnya dan berhasil dengan baik. Kisah penumpasan gerakan makar Bhre Daha ini, belakangan ditulis oleh Pangeran Pekik dari Surabaya dalam Cerita Damarwulan.
Di dalam Babad Ratu Tabanan ditegaskan bahwa tokoh Bhatara Arya Damar putra Sri Maharaja Brawijaya Raja Majapahit, yang menjadi penguasa Palembang adalah leluhur Raja-raja Tabanan lewat keturunannya yang bernama Arya Yasan. Sebagai penanda bahwa leluhur Raja-Raja Tabanan adalah keturunan Arya Damar, nama gelar yang digunakan adalah Kyai seperti Kyai Nengah, Kyai Nyoman, Kyai Ketut, Kyai Lod, Kyai Dangin, Kyai Arya, Kyai Agung, dan Kyai Gede sebagaimana gelar yang digunakan keturunan Arya Damar di Palembang. Jawa, dan Madura. Di dalam Silsilah Raja-Raja Madura, tokoh Arya Damar ditempatkan sebagai leluhur yang menurunkan Arya Menak Sunaya, kakek dari tokoh Kyai Demang Pelakaran, Kyai Adipati Pramono, Kyai Pratali, Kyai Pratolo, Kyai Panangkan, Kyai Pragalbo yaitu para leluhur Raja-Raja Madura: Cakraningrat dan Ario Adikoro. Sementara itu, dalam naskah Tedhak Poespanegara, tokoh Arya Damar dianggap sebagai leluhur bupati-bupati di Jawa lewat keturunan putranya yang bernama Raden Kusen Adipati Terung. Seperti keturunan Arya Damar di Bali dan Madura, keturunan Raden Kusen menggunakan gelar kyai seperti bupati-bupati Gresik, Lamongan, Pasuruan, dan Bangil: Kyai Tumenggung Pusponegoro, Kyai Tumenggung Joyonegoro, Kyai Tumenggung Puspodirono, Kyai Tumenggung Puspodirjo, Kyai Tumenggung Mangunadirjo, dan Kyai Ngabehi Yuhonegoro.
Sampai diangkat menjadi Adipati Palembang, Arya Damar masih menganut agama Syiwa-Buddha aliran Bhairawa-tantra. Atas jasa Sunan Ampel yang dari Champa ke Jawa singgah di Palembang, Arya Damar memeluk Islam dan menggunakan nama Ario Abdillah. Menurut sumber historiografi lokal di Palembang, keberadaan tokoh Arya Damar dihubungkan dengan kedatangan sebuah armada asal Jawa yang dipimpin Kholik Hamirullah di Sekampung Danau Pedamaran. Kholik Hamirullah diambil menantu oleh Rio Minak Usang Sekampung dan diberi nama Rio Damar. Rio Minak Usang Sekampung, sejatinya adalah orang Arab bernama Syarif Husin Hidayatullah yang menjadi kepala di Pulau Sekampung. Di Sekampung, ia mengajarkan Islam kepada masyarakat di sekitar danau dan lebak yang penduduknya menganut agama Buddha. Karena penduduk tidak bersedia mengikuti ajaran masuk Islam dari Syarif Husin Hidayatullah, mereka beramai-ramai menyingkir ke Lebak Teluk Rasau, Lebak Air Hitam, Lebak Segalauh, bahkan ke Tanah Talang Lindung Bunyian.
Melalui gerakan dakwah yang dilakukan Rio Damar, para penduduk yang sudah menyingkir itu bersedia memeluk Islam. Atas jasanya itu, wilayah sekitar danau dan lebak dinamakan Pedamaran. Keberhasilan dakwah Arya Damar dalam dakwah diungkapkan pula dalam historiografi sewaktu Palembang dipimpin Ratu Sinuhung Ning Sakti. Untuk membantu sang ratu, Rio Damar didatangkan dan diberi jabatan sebagai patih, yang bergelar Ario Damar atau Ario Dillah. Selama pemerintahan Ratu Sinuhung Ning Sakti yang dibantu Ario Damar, agama Islam berkembang pesat dari Palembang sampai ke Jambi, Bengkulu, dan Riau Daratan.
Dengan memahami bahwa Palembang selama berabad-abad menjadi pusat kekuasaan Sriwijaya yang pengaruh ajaran Buddhanya sudah berurat akar di masyarakat, sangat wajat jika penduduk di pedalaman pun menolak untuk mengikuti ajakan masuk Islam oleh seorang juru dakwah seperti Syarif Husin Hidayatullah. Sedangkan dakwah Islam yang dilakukan Arya Damar dunilai berhasil, karena tokoh yang sejak kecil dididik dalam ajaran Syiwa-Buddha aliran Bhairawa-tantra itu sangat memahami jiwa dan sudut pandang penduduk yang beragama Buddha, sehingga dengan sukarela mereka mengikuti ajaran Arya Damar untuk masuk Islam. Fakta sejarah terkit berkembangnya agama Islam di Palembang pada masa Arya Damar memerintah, tampak pada kemunculan Raden Patah dan Raden Kusen, putra yang sejak kecil diasuh secara Islam dan kemudian keduanya pergi ke Jawa, berguru kepada Sunan Ampel dan berhasil menjadi tokoh penyebar Islam pada era Walisongo. Putra Arya Damar hasil pernikahan dengan Nyai Sahilan, putri Rio Menak Usang Sekampung alias Syarif Husin Hidayatullah, yang dinamai Raden Sahun dengan gelar Pangeran Pandanarang yang menjadi Adipati Semarang, menurunkan penyebar Islam termasyhur di pedalaman Jawa: Sunan Tembayat.
Sumber:..........................
Sumber:..........................
islam sudah berkembang di palembang sebelum kedatangan ario damar walaupun tak merata lagipula ario damar sendiri menikahi putri sandang biduk anak dari sultan mugni(demang lebar daun saat itu) sehingga beliau pun akhirnya masuk islam dan menjadi penguasa palembang dan dari sinilah awal berkuasanya para elite elite jawa beserta keturunannya di palembang sebab elite elite melayu palembang sebelum nya sudah banyak yang berhijrah ke semenanjung mengikuti parameswara sedangkan elite melayu di palembang seperti keturunan sultan mugni tadipun akhirnya melebur dengan elite elite jawa tadi
ReplyDeleteKok alur ceritanya jadi rancu.
ReplyDeleteParagraf 5, 6 dan 7 alurnya kok malah cadi kacau