TUHANKU DI MALAM HARI
Malam ini. Banyak terlintas di telinga
suara-suara yang asing
ini bukan, Kamu!
Bukan pula awan malam yang menggigil
di perjalanan kita.
Megah antar kota
mengiyakan hikayat seorang putri,
ia hidup di setiap jiwa
ia hilang dari bintang.
Kapan saja kau sebut rembulan malam ini
ia hadir dengan secawang senyum, yang
membekas:
Hamparan laut luas
sawah membentangkan sayapnya
sementara aku dan Kamu, hanya pejalan tanpa arah
jarum waktu.
Yang hendak tahu
adalah ladang pramugari surga
mahkota tua
pula kekasihku di sana.
Ampun! Aku kehilangan bambu yang menusuk
tajam ke langit
bahkan kita lupa apa namanya.
Mari kita sambung dari jendela lain
kita masih di sini
membuka
dan mengakhiri;
Kedokan Bunder, Indramayu, 2016
suara-suara yang asing
ini bukan, Kamu!
Bukan pula awan malam yang menggigil
di perjalanan kita.
Megah antar kota
mengiyakan hikayat seorang putri,
ia hidup di setiap jiwa
ia hilang dari bintang.
Kapan saja kau sebut rembulan malam ini
ia hadir dengan secawang senyum, yang
membekas:
Hamparan laut luas
sawah membentangkan sayapnya
sementara aku dan Kamu, hanya pejalan tanpa arah
jarum waktu.
Yang hendak tahu
adalah ladang pramugari surga
mahkota tua
pula kekasihku di sana.
Ampun! Aku kehilangan bambu yang menusuk
tajam ke langit
bahkan kita lupa apa namanya.
Mari kita sambung dari jendela lain
kita masih di sini
membuka
dan mengakhiri;
Kedokan Bunder, Indramayu, 2016
Comments
Post a Comment