KEMARIN MELIHATMU

Dari kedinginan setiap waktu
Dipuncak awan-awan desa tua
Kupijakkan kaki dengan kokoh
Menggetar semesta ini

Aku masih saja menyiulkan panorama keindahan alam
Senja yang padang
Tiada lagi menjadi indah ketimbang pepohonan dan atap-atap rumah
Aku melihatya dengan indah

Kampung, jika saja aku di atas rerumputan yang mengering
Pastilah aku tahu rasanya kemarau di lahan-lahan rohanimu
Tenanglah atas kedatanganku
Kita akan mengesankan Yang Kuasa bersama

Sejak kemarin kegundahan mencipta
Sepi menyejukkan rongga-rongga yang kepanasan sepertiku
Lemas seperti tua
Tapi kita adalah cinta yang ada

Tak perlu lagi pembahasan dan kata-kata panjang untukmu
Karena kau segalanya
Segalanya yang ada di hadapanku
Sebuah desa beku yang awan menyelimuti tubuhmu

Aku juga sedah rindu akan kedatangan hujan setiap sore
Seperti dulu kita sebutkan jumlah air di pipimu yang merah
Lalu kita saling merenung
Dalam doa dan mimpi

Di sini aku memulai perjalanan hidupku
Dengan nafas sekedarnya
Dengan cinta sesisanya
Dengan rindu sedikitnya

Melung, 2017

Comments

Popular posts from this blog

Hal Paling Mengerikan di Tahun 2017

Sabda Ombak

Ario Abdillah Palembang (Ario Damar)