KAU AKU DAN ANGIN
Yang menjadi kenangan malam ini ialah kau aku dan angin
di bawah diriku sendiri menyatukan ilusi yang panjang
untuk dituliskan menjadi bait-bait rindu
Seperti malam ini juga aku dan kau tak beranda
menjadi gugusan kursi dan duduk bersama memandang dinginnya bukit-bukit
di sini-di atas batu dan awan
aku menjadi sendiri dari lampu-lampu sebelah jauh di kedipan mata
Dengan terpaksa aku mencari rinduku bersama malam
bersama angin-bersama embun-bersama puncak
dan sedikit tumpukan api unggun yang menyiulkan kau dan aku
Aku sendiri yang harus menjerit melepas keringat lama
untuk menghilangkan hausku yang lama di lambung kenangan itu
seperti malam ini juga aku mejadi diriku bersama rinduku
sesudahnya aku dan kamu mencari legenda sendiri
Biasanya aku menghitung bintang denganmu
bersama gerimis yang diharapkan
tapi tidak untuk malam ini
aku harus mengumpulkan sendiri hasil renunganku
dan menyerahkannya pada angin yang dingin
Dan tiada lagi yang harus ditanyakan pada kita
tiada lagi hitungan yang harus kita lakukan sebagai penyejuk
terlebih kita hanya suara yang tak lagi saling mengenal dan mengerti
begitu yang semestinya terjadi
bukan merasuk menjelma kepingan koin-koin perupa lukisan kita yang tak jelas
Dari tangga yang kian melicinkan dirinya
aku semakin hati-hati dengan jalan petang berselimut keinginan
semakin membekukan langkah dan gerak
menutup pandangan hingga benar keriput mengejangkan hujan-hujan
dan kita terjatuh di tangga tanah yang berbeda
Meskipun bukan itu yang harus terjadi
hingga kepingan rindu kembali tercecer ke ruang gelap
lantas kita berdua tersesat
saling tak menemukan kau aku dan angin
Ternyata aku sendiri yang lupa
bahwa aku bediri di tempat ini sendiri
sejak awal beranjak dan menyedu kedinginan
hingga aku pulang
aku memang benar-benar sendiri
Tiada kamu dan angin
sekecup puncak rindu ternyata merubah semboyan bukit
menjadi kembang kenang malam
merajakan kekeringan di panjang kegelapan
dan aku mengerti keguncangan malam itu
Semakin tak bisa kusangka
antara kau aku dan angin menjadi malam kenangan
padahal aku sendiri yang tak mengerti
dan melepaskan segala kerusakan atap awan yang layu
Selamat malam-selamat pagi-selamat rindu
selamat panjang-selamat angin
kita membeku
dan mencair kapan saja yang kita mau
Bukit Teranggulasih, 2017
di bawah diriku sendiri menyatukan ilusi yang panjang
untuk dituliskan menjadi bait-bait rindu
Seperti malam ini juga aku dan kau tak beranda
menjadi gugusan kursi dan duduk bersama memandang dinginnya bukit-bukit
di sini-di atas batu dan awan
aku menjadi sendiri dari lampu-lampu sebelah jauh di kedipan mata
Dengan terpaksa aku mencari rinduku bersama malam
bersama angin-bersama embun-bersama puncak
dan sedikit tumpukan api unggun yang menyiulkan kau dan aku
Aku sendiri yang harus menjerit melepas keringat lama
untuk menghilangkan hausku yang lama di lambung kenangan itu
seperti malam ini juga aku mejadi diriku bersama rinduku
sesudahnya aku dan kamu mencari legenda sendiri
Biasanya aku menghitung bintang denganmu
bersama gerimis yang diharapkan
tapi tidak untuk malam ini
aku harus mengumpulkan sendiri hasil renunganku
dan menyerahkannya pada angin yang dingin
Dan tiada lagi yang harus ditanyakan pada kita
tiada lagi hitungan yang harus kita lakukan sebagai penyejuk
terlebih kita hanya suara yang tak lagi saling mengenal dan mengerti
begitu yang semestinya terjadi
bukan merasuk menjelma kepingan koin-koin perupa lukisan kita yang tak jelas
Dari tangga yang kian melicinkan dirinya
aku semakin hati-hati dengan jalan petang berselimut keinginan
semakin membekukan langkah dan gerak
menutup pandangan hingga benar keriput mengejangkan hujan-hujan
dan kita terjatuh di tangga tanah yang berbeda
Meskipun bukan itu yang harus terjadi
hingga kepingan rindu kembali tercecer ke ruang gelap
lantas kita berdua tersesat
saling tak menemukan kau aku dan angin
Ternyata aku sendiri yang lupa
bahwa aku bediri di tempat ini sendiri
sejak awal beranjak dan menyedu kedinginan
hingga aku pulang
aku memang benar-benar sendiri
Tiada kamu dan angin
sekecup puncak rindu ternyata merubah semboyan bukit
menjadi kembang kenang malam
merajakan kekeringan di panjang kegelapan
dan aku mengerti keguncangan malam itu
Semakin tak bisa kusangka
antara kau aku dan angin menjadi malam kenangan
padahal aku sendiri yang tak mengerti
dan melepaskan segala kerusakan atap awan yang layu
Selamat malam-selamat pagi-selamat rindu
selamat panjang-selamat angin
kita membeku
dan mencair kapan saja yang kita mau
Bukit Teranggulasih, 2017
Comments
Post a Comment